my ubay

Saturday, January 19, 2013

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU



KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


                                                  (lokasi terjadinya KET)



A.    Defenisi

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dingding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba fallopi). (9)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana setelah masa fertilisasi, implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan terjadi di tuba uterine. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas implantasi (misalnya: tuba) dan peristiwa ini di sebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.(3)

B.      Klasifikasi
Menurut titus klasifikasi pembagian tempat terjadinya kehamilan ektopik adalah:
1.      Kehamilan tuba
·        Interstisial 2%
·        Isthmus 25%
·        Ampula 55%
·        Fimbrial 17%
2.      Kehamilan ovarial 0,5%
3.      Kehamilan abdominal 0,1%
·        Primer
·        Sekunder
4.      Kehamilan tubo ovarial
5.      Kehamilan intraligamenter
6.      Kehamilan servikal
7.      Kehamilan tanduk rahim rudimenter(7)

C.    Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karna secara patofisiologi mudah dimengerti sesuai dengan proses awal kehamilan sjak pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum uteri atau diluar endometrium, maka terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian, factor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik ini. Factor-faktor yang disebutkan adalah sebagai berikut:
·        Factor tuba adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau buntu.
Factor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau divertikal saluran tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor di sekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau mioma ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga dapat menjadi etiologi kehamilan ektopik.
·        Factor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di salauran tuba.
·        Factor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkianan terjadinaya kehamilan ektopik lebih besar.
·        Factor hormonal
Pada akseptor pil KB yang hanya mengandung progesterone dapat mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
·        Factor lain
Termasuk disini antara lain pemakai IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Factor umur penderita yang sudah menua dan factor perokok juga sering dihubungkan dengan kehamilan ektopik. (9)

D.    Patologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak dapat mencapai endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti kehamilan pada umumnya. Karna tuba bukan merupakan suatu media yang baikuntuk pertumbuhan embrio atau mudigah.(9)

E.     Gambaran klinik
Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi rupture pada tuba tempat lokasi nidasi kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda yang khas yaitu timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan. Ini adalah pertanda khas terjadinya kehamilan ektopik yang terganggu.
Walaupun demikian, gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar dibuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau rupture tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada rupture tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk kedalam syok.
Perdarahan pervaginaan merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik yang terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karna pelepasan desidua. Perdahan dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi dikemukakan dari 51 hingga 93%. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic gonadotrophin. Jika plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vagianl bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, yang disebut dengan nyeri goyang (+). Demikian pula kavum douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karna terisi oleh darah.
Kehamilan ektopik sangat bervariasi, dari yang klasik dengan tanda gejala perdarahan yang mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar, sehingga sukar membuat diagnosis. (9)

F.     Penanganan
1.      Penderita yang disangka KET harus dirawat inap dirumah sakit untuk penaggulangannya
2.      Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian yang cukup (dekstrose 5%, glukosa 5%, garam fisiologis) dan transfuse darah
3.      Setlah diagnose jelasn atau sangat disangka KET, dan keadaan umum baik atau lumayan, segera lakukan laparatomi untuk menghilangkan sumber perdarahan: dicari, di klem, dan dieksisi sebersih mungkin (salpingektomi), kemudian diikat sebaik-baiknya.
4.      Sisa-sisa darah dikeluarkan dan bersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat.
5.      Berikan antibiotika yang cukup dan obat anti inflamasi. (7)

referensi :
(3) (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH, buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Edisi 1,Cet 5, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, 2009.
(7)  (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. Synopsis Obstetric: Obstetric Fisiologi obstetric Patologi, jilid 1, Edisi 2, Jakarta: EGC, 1998. 

(9) Prof. Dr. dr. Sarwono prawihardjo, SpOG. Ilmu Kebidanan sarwono prawihardjo, Edisi 4, Cet 3. Jakarta: PT Bina Pustaka sarwono prawihardjo, 2010.(9)